07 Agustus, 2024

Naskah Khutbah Jumat 9 Agustus 2024 : Memasuki Bulan Safar, Hilangkan Mitos Sebagai Bulan Penuh Kesialan

Naskah Khutbah Jumat 9 Agustus 2024 : Memasuki Bulan Safar, Hilangkan Mitos Sebagai Bulan Penuh Kesialan

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Maasyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Ungkapan syukur Alhamdulillahirabbil alamin menjadi keharusan bagi kita atas karunia nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita semua dalam kehidupan ini. Selain diungkapkan, syukur juga harus dikuatkan dalam hati dan diwujudkan dalam tindakan. Tindakan yang mencerminkan syukur adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Inilah yang disebut dengan takwa.

Takwa menjadi bagian yang sangat penting dalam menjalani arah kehidupan. Dengan takwa perjalanan kehidupan kita akan memiliki rambu-rambu yang mampu mengarahkan kepada jalan Allah sehingga kita bisa hidup dengan selamat di dunia. Oleh karenanya, mari kita terus kuatkan takwa kita kepada Allah swt di manapun dan kapan pun kita berada.

advertisement

Saat ini kita sudah memasuki bulan Safar yang merupakan bulan kedua dalam kalender Islam. Ada sebagian orang yang berpendapat, menganggap, bahkan meyakini bahwa dalam bulan ini akan ada banyak kesialan dan bencana yang terjadi.

Pendapat ini berlawanan dengan penjelasan para ulama. Di antaranya Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Latha-iful Ma’arif yang menyebut semua waktu dan zaman tergantung pada aktivitas yang dilakukan.

Jika diisi dengan kebaikan-kebaikan, maka zaman tersebut adalah zaman yang diberkahi. Begitu juga sebaliknya, jika zaman diisi dengan keburukan maka kesialan dan keburukanlah yang akan didapat.

Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:

فَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ المُؤْمِنُ بِطَاعَةِ اللهِ فَهُوَ زَمَانٌ مُبَارَكٌ عَلَيْهِ، وَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ العَبْدُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَهُوَ مَشْؤُمٌ عَلَيْهِ

Artinya, “Setiap zaman yang orang mukmin menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah, maka merupakan zaman yang diberkahi; dan setiap zaman orang mukmin menyibukkannya dengan bermaksiat kepada Allah, maka merupakan zaman kesialan (tidak diberkahi).”

Ma'asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Terkait dengan hal ini, Rasulullah saw juga bersabda dalam haditsnya:

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ

Artinya, “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar.

Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa.” (HR Al-Bukhari).

Rasulullah saw sendiri telah memberi contoh tentang tidak adanya kesialan dalam bulan Safar. Buktinya Rasulullah saw menikah dengan Sayyidah Khadijah pada bulan Safar. Beliau juga menikahkan putrinya yakni Sayyidah Fatimah az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib di bulan safar.

Termasuk peristiwa monumental dan penting yakni hijrah Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah juga bertepatan dengan bulan Safar. Ini menjadi bukti nyata bahwa Rasulullah menunjukkan bulan Safar bukanlah bulan sial.

Ma'asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah Terkait dengan bencana, kesialan, ketidakberuntungan, dan sejenisnya, Allah juga menyebutkannya dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 22:

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

Artinya, “Tidak ada bencana (apapun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.”

Dalam Tafsir Kemenag RI dijelaskan, ayat ini menerangkan bahwa semua bencana dan malapetaka yang menimpa permukaan bumi, seperti gempa bumi, banjir dan bencana alam yang lain serta bencana yang menimpa manusia, seperti kecelakaan, penyakit dan sebagainya telah ditetapkan akan terjadi sebelumnya dan tertulis di Lauhul Mahfudz.

Bahkan hal ini sudah ditentukan sebelum Allah menciptakan makhluk-Nya. Hal ini berarti, tidak ada suatu pun yang terjadi di alam ini yang luput dari pengetahuan Allah dan tidak tertulis di Lauhul Mahfudz.

Menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi itu sangatlah mudah bagi Allah, karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang telah ada maupun yang akan ada nanti, baik yang besar maupun yang kecil, yang tampak dan yang tidak tampak sekalipun.

advertisement
#
https://s.shopee.co.id/7pZUsX4gTY
https://s.shopee.co.id/7pZUsX4gTY

Hijab Pilihan lainnya Klik  KUNJUNGI TOKO

Ayat ini menjadi pengingat bagi kita yang masih percaya kepada tenung, menanyakan sesuatu yang akan terjadi kepada dukun, dan sejenisnya untuk hanya percaya kepada Allah saja. Karena hanyalah Dia yang menentukan segala sesuatu.

Kita umat Islam telah diperintahkan untuk mempercayai enam (6) hal yang ada dalam rukun Iman termasuk di dalamnya adalah iman atau percaya epada qadha dan qadar.

Kita wajib percaya bahwa sejak zaman azali, segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi telah ditentukan dan ditetapkan oleh Allah swt.

Nasib baik dan buruk kita semua sudah diatur dan kita tidak dapat untuk mengetahuinya.

Ma'asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah Menutup khutbah ini mari kita ingat sebuah hadist qudsi:

أنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي فَإِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا فَلَهُ الخَيْرُ فَلَا تَظُنُّوا بالله إلَّا خَيْرًا

Artinya, “Sikapku tergantung bagaimana dugaan hambaku, bila menduga baik maka akan kuberi kebaikan. Maka, jangan sekali pun ada dugaan yang tak baik kepadaku.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits ini mengajak kepada kita untuk senantiasa berpikir positif atau husnuddzan terlebih kepada Allah swt yang telah memberikan kita waktu-waktu dalam kehidupan ini.

Semoga kita masuk dalam golongan orang-orang yang terus mengimani qadha dan qadar Allah dalam kehidupan dan senantiasa dijauhkan dari kesialan dan bencana. Amin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ


 

 



Lihat Lainnya :

iklan melayang

close



© Copyright 2025 | wartakandis.com